Finger Painting
Minggu, 15 November 2015
Senin, 02 November 2015
TUGAS MAKALAH "KONSEP DASAR SENI RUPA"
MAKALAH SENI RUPA
KONSEP DASAR PENDIDIKAN SENI RUPA
Di Susun Oleh :
1.
Nurul
Siti Khotijah (14186206293)
2.
Uun
Fitria Nurlaily (14186206175)
3.
Oktaviola
Riza Nadatul (14186206188)
4.
Rindy
Nouristya
N (14186206296)
Sekolah
Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(STKIP)
PGRI TULUNGAGUNG
Jalan
Mayor Sujadi Timur No.7 Tulungagung - Jawa Timur
Kata Pengantar
Dengan
memanjatkan Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “ Konsep Dasar Pendidikan Seni Rupa
“ tanpa halangan apapun.
Dalam
pembuatan makalah ini, kami mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada:
1.
Ibu Rahayu Setiani,
M.Pd, selaku Kepala Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar yang telah
memberikan kesempatan dan memberi fasilitas sehingga makalah ini dapat selesai
dengan lancar.
2.
Ibu Frita Devi
Asriyani, M.Pd, selaku dosen wali yang banyak membantu sehingga pembuatan
makalah ini dapat selesai dengan lancar.
3.
Bapak M Reyhan Florean, M.Pd, selaku
dosen mata kuliah seni rupa
yang telah memberi kesempatan dan memfalitasi sehingga makalah
ini selesai dengan lancar.
4.
Orangtua dan
teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya, kami menyadari
bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan ke arah
kesempurnaan. Akhir kata kami sampaikan terimakasih.
Tulungagung, Oktober 2015
Penulis
Daftar Isi
Kata
Pengantar........................................................................................... 1
Daftar
Isi..................................................................................................... 2
Bab
I Pendahuluan..................................................................................... 3
A. Latar
Belakang ............................................................................... 3
B. Rumusan
Masalah........................................................................... 3
C. Tujuan ............................................................................................ 3
Bab
II Pembahasan..................................................................................... 4
A. Seni sebagai media pendidikan ...................................................... 4
a. Pengertian seni ......................................................................... 4
b. Pendapat seni lainnya menurut para ahlli ................................. 5
c. Fungsi seni ............................................................................... 6
d. Peran seni sebagai media pendidikan ...................................... 8
B. Pendidikan berbasis ilmu dalam pendidikan seni rupa................... 9
a. Pendidikan berbasisi disiplin ilmu dalam pendidikan seni rupa 9
b. Pendekatan kompetensi dalam pendidikan seni rupa .............. 10
Bab
III Penutup.......................................................................................... 13
A. Kesimpulan..................................................................................... 13
B. Saran...............................................................................................
13
Daftar
Pustaka............................................................................................ 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pendidikan
seni meliputi semua bentuk kegiatan tentang aktivitas fisik dan nonfisik yang
tertuang dalam kegiatan berekspresi, bereksplorasi, berkreasi dan berapresiasi
melalui bahasa rupa, bunyi, gerak dan peran. (Rohidi 2000:7). Melalui
pendidikan seni anak dilatih untuk memperoleh keterampilan dan pengalaman
mencipta yang disesuaikan dengan lingkungan alam dan budaya setempat serta
untuk memahami, menganalisis, dan menghargai karya seni. Tegasnya pendidikan
seni di sekolah dapat menjadi media yang efektif dalam mengembangkan
pengetahuan, keterampilan, kreativitas, dan sensitivitas anak.
Tujuan
pendidikan seni juga dapat dilihat sebagai upaya untuk mengembangkan sikap agar
anak mampu berkreasi dan peka terhadap seni atau memberikan kemampuan dalam
berkarya dan berapresiasi seni. Kedua jenis kemampuan ini menjadi penting
artinya karena dinamika kehidupan sosial manusia dan nilai-nilai estetis
mempunyai sumbangan terhadap kebahagiaan manusia
di samping mencerdaskannya.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang di maksud seni sebagai media pendidikan ?
b. Apa yang di maksud pendekatan berbasis ilmu dalam
pendidikan seni rupa?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui maksud seni sebagai media pendidikan.
b. Untuk mengetahui maksud pendekatan berbasis ilmu dalam
pendidikan seni rupa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Seni
Sebagai Media Pendidikan
A.
Pengertian Seni
Seni adalah ide,
gagasan, persasaan, suara hati, gejolak jiwa, yang diwujudkan atau di
ekspresikan, melalui unsur-unsur tertentu, yang bersifat indah untuk memenuhi
kebutuhan manusia, walaupun banyak juga karya seni yang digunakan untuk
binatang.
Kata “seni”
adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun dengan
kadar pemahaman yang berbeda. Konon kabarnya kata seni berasal dari kata “SANI”
yang kurang lebih artinya “jiwa yang luhur/ ketulusan jiwa.
Dalam bahasa
Sanskerta, kata seni disebut cilpa. Sebagai kata sifat, cilpa berarti berwarna,
dan kata jadiannya su-cilpa berarti dilengkapi dengan bentuk-bentuk yang indah
atau dihiasi dengan indah. Sebagai kata benda ia berarti pewarnaan, yang
kemudian berkembang menjadi segala macam kekriaan yang artistik. Cilpacastra
yang banyak disebut-sebut dalam pelajaran sejarah kesenian, adalah buku atau
pedoman bagi para cilpin, yaitu tukang, termasuk di dalamnya apa yang sekarang
disebut seniman. Memang dahulu belum ada pembedaan antara seniman dan tukang.
Pemahaman seni adalah yang merupakan ekspresi pribadi belum ada dan seni adalah
ekspresi keindahan masyarakat yang bersifat kolektif. Yang demikian itu
ternyata tidak hanya terdapat di India dan Indonesia saja, juga di Barat pada
masa lampau.
Dalam bahasa
Latin pada abad pertengahan, ada terdapat istilah-istilah ars, artes, dan
artista. Ars adalah teknik atau craftsmanship, yaitu ketangkasan dan kemahiran
dalam mengerjakan sesuatu; adapun artes berarti kelompok orang-orang yang
memiliki ketangkasan atau kemahiran; dan artista adalah anggota yang ada di
dalam kelompok-kelompok itu. Maka kiranya artista dapat dipersamakan dengan
cilpa.
Kamus Modern
Bahasa Indonesia dari Mohammad Zain yang terbit sekitar tahun 1950, menerangan
bahwa yang masuk seni rupa ialah seni lukis, seni pahat dan seni patung. Memang
hingga kini dalam pemakaian populer, istilah "seni rupa" sering
digunakan dengan lingkup pengertian yang terbatas pada seni lukis, dan seni
pahat atau seni patung. Namun, pendidikan formal seni rupa di Indonesia dalam
perkembangannya telah memperluas lingkup pengertian istilah itu. Pendidikan tinggi
seni rupa dapat menyelenggarakan sejumlah keahlian seperti seni grafis atau
desain grafis atau komunikasi visual, desain industri atau desain produk,
desain interior atau arsitektur interior, desain tekstil, seni keramik, seni
lukis, seni patung dan kriya kayu, logam, kulit, keramik, dan sebagainya.
I Gsuti Bagus
Sugriwa dalam tulisan "Dasar-dasar Kesenian Bali" mengatakan bahwa
seni berasal dari bahasa Sansekerta sani yang berarti pemujaan, pelayanan,
donasi, permintaan atau pencarian yang jujur. Seni menurut WJS Poerwadarminta
dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1976) yaitu suatu karya yang dibuat atau
diciptakan dengan kecapakan yang luar biasa seperti sajak, lukisan, dan
sebagainya. Atau kecakapan menciptakan sesuatu yang elok dan indah.
Lebih lanjut
Herbert Read (1962) mengatakan bahwa lahirnya sebuah karya seni melalui
beberapa tahapan sebagai suatu proses. Tahap pertama, pengamatan
kualitas-kualitas bahan seperti tekstur, warna dan banyak lagi kualitas fisik
lainnya yang sulit untuk didifinisikan. Tahap kedua, adanya penyusunan hasil
dari pengamatan kualitas tadi dan menatanya menjadi suatu susunan. Tahap
ketiga, proses suatu objektifikasi dari tahapan-tahapan di atas yang
berhubungan dengan keadaan sebelumnya. Keindahan yang berakhir pada tahapan
pertama belum dapat disebut seni, karena seni jauh telah melangkah ke arah
emosi atau perasaan. Seni telah mengarah pada ungkapan sebagai
"pengekspresian" dengan tujuan untuk komunikasi perasaan.
B. Pendapat Seni Lainnya Menurut
Para Ahli
Menurut
pendapat para ahli di antaranya :
1. Menurut Alexander Baum Garton. Seni
adalah keindahan dan seni adalah tujuan yang positif menjadikan penikmat merasa
dalam kebahagiaan.
2. Emanuel Kant. Seni adalah sebuah impian karena rumus rumus tidak dapat mengikhtiarkan kenyataan.
2. Emanuel Kant. Seni adalah sebuah impian karena rumus rumus tidak dapat mengikhtiarkan kenyataan.
3. Menurut Leo Tolstoy. Seni adalah
menimbulkan kembali perasaan yang pernah dialami.
4. Menurut Aristoteles. Seni adalah
bentuk pengungkapannya dan penampilannya tidak pernah menyimpang dari kenyataan
dan seni itu adalah meniru alam.
5. Ki Hajar Dewantara. Seni merupakan
hasil keindahan sehingga dapat menggerakkan persasaan indah orang yang
melihatnya, oleh karena itu perbuatan manusia yang dapat mempengaruhi dapat
menimbulkan perasaan indah itu seni.
C. Fungsi Seni
Manusia
sepanjang hidupnya tidak bisa dipisahkan dengan seni sebab seni adalah bagian
dari kehidupan manusia yang sama pentingnya dengan kebutuhan primer lainnya.
Suatu karya seni dapat berfungsi baik secara individual bagi penciptanya dan
penikmatnya, maupun secara sosial dalam kehidupan sehari – hari.
1.
Fungsi Individual Seni
a. Fungsi
individual seni untuk memenuhi kebutuhan rohani
Setiap individu
pasti memiliki emosi dan tuntutan emosi itu perlu disalurkan supaya tidak
terjadi menjadi beban bagi dirinya.Bagi seorang seniman emosi itu dapat
disalurkan melalui kegiatan seni, seperti melukis mematung dan lain – lain.
Karena seni adalah suatu kegiatan yang melibatkan ekspresi yang mendalam, dan
mengekspresikan perasaan merupakan kegiatan rohaniah. Sedangkan bagi individu –
individu lain yang bukan seniman seni dapat berfungsi pula untuk memenuhi
kebutuhan rohani yaitu dengan cara menikmati (mengekspresikan) hasil karya
seni, misalnya menonton film, menyaksikan pertunjukan drama, mendengarkan musik
atau mengunjungi pameran. Kegiatan – kegiatan seperti itu dapat menimbulkan
rasa keindahan atau kesenangan batin dalam setiap individu.
b. Fungsi
individual seni untuk memenuhi kebutuhan jasmani
Selain karya seni murni, juga banyak karya seni pakai yang diciptakan oleh para seniman atau pengrajin, seperti pakaian meubel, alat – alat dapur, perkakas dan perhiasan. Secara individual karya seni tersebut dapat berfungsi fisik, karena hasilnya dapat kita pergunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup sehari-hari.
Selain karya seni murni, juga banyak karya seni pakai yang diciptakan oleh para seniman atau pengrajin, seperti pakaian meubel, alat – alat dapur, perkakas dan perhiasan. Secara individual karya seni tersebut dapat berfungsi fisik, karena hasilnya dapat kita pergunakan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup sehari-hari.
2.
Fungsi Sosial Seni
·
Suatu karya seni memiliki
nilai sosial apabila:
Dapat
mempengaruhi tingkah laku atau tindakan masyarakat secara kolektif. Diciptakan untuk
dilihat dan digunakan dalam suasana umum. Mencetuskan atau melukiskan aspek –
aspek eksistensi yang bersifat sosial atau kolektif sebagai kebalikan dari
sesuatu pengalaman individual. Dalam
kehidupan sehari – hari dapat kita jumpai karya seni diterapkan diberbagai
bidang, yaitu bidang rekreasi, komunikasi, pendidikan dan bidang agama.
·
Fungsi social
dalam bidang rekreasi : Fungsi ini yaitu, karya
seni yang sengaja di sajikan sebagai sarana hiburan untuk memberikan kesenangan
atau kebahagiaan kepada masyarakat luas. Seperti; seni pertunjukan atau
pementasan wayang, orkes,sandiwara,dll.
·
Fungsi sosial seni dalam bidang komunikasi : Apabila karya seni
digunakan sebagai media untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat luas.
Maka karya seni tersebut memiliki fungsi sosial dalam bidang komunikasi.
Misalnya informasi tentang wajib belajar sembilan tahun disispkan lewat drama
himbauan melestariakn lingkungan dituangkan dengan lagu, kritik sosial
digambarkan dengan karikatur dan sebaginya.
·
Fungsi sosial seni
dalam bidang pendidikan : Peranan seni dalam
bidang pendidikan yaitu sebagai alat peraga untuk memperlancar proses belajar
supaya anak didik lebih mudah dan mengerti menerimanya. Misalnya suatu
peristiwa dalam sejarah disampaikan dengan fillm.
·
Fungsi sosial seni
dalam bidang agama : Sejak
lahirnya kebudayaan, seni sudah berkaitan dengan fungsi sacral. Manusia percaya
terhadap adanya kekuatan – kekuatan gaib dilakukan dengan seni. Kemudian
turunnya agama – agam pun mejadi seni sebagai kegiatan yang tak terpisahkan
dari kegiatan keagamaan. Misalnya memuja roh – roh nenek moyang atau para Dewa
diwujudkan dengan patung. Menyampaikan dakwah Islam dengan pertunjukan wayang
atau drama.
D. Peran Seni Sebagai
Media Pendidikan
Seni
memiliki peran sebagai media pendidikan salah satunya yaitu sebagai alat peraga
untuk memperlancar proses belajar supaya lebih mudah memahaminya. Seni memiliki
peranan dalam pembentukan pribadi peserta didik yang harmonis dengan
memperhatikan kebutuhan perkembangan anak dalam mencapai multi kecerdasan yang terdiri
atas kecerdasan intrapersonal, interpersonal, visual spasial, musikal,
linguistik, logik matematik, naturalis serta kecerdasan adversitas, kecerdasan
kreativitas, kecerdasan spiritual dan moral, dan kecerdasan emosional.
Bidang
seni rupa, musik, tari, dan keterampilan memiliki kekhasan tersendiri sesuai
dengan kaidah keilmuan masing-masing. Dalam pendidikan seni dan keterampilan,
aktivitas berkesenian harus menampung kekhasan tersebut yang tertuang dalam
pemberian pengalaman mengembangkan konsepsi, apresiasi, dan kreasi. Semua ini
diperoleh melalui upaya eksplorasi elemen, prinsip, proses, dan teknik berkarya
dalam konteks budaya masyarakat yang beragam.
Misalnya
di dalam seni teater, pendidikan budi pekerti ini sangat kentara dalam
pemunculan karakter tokoh-tokoh yang dilakonkan. Pembelajaran Seni Budaya ini tidak ingin
mendidik siswa agar menjadi seniman, melainkan agar siswa dapat lebih
menghayati peran kehidupan dalam mengarungi peradaban. Jika ia tertarik lebih
dalam terhadap teater, ia bisa memilih sanggar-sanggar teater di luar sekolah
untuk menampung bakatnya tersebut.
Contoh
lainnya antara lain ramainya pergelaran seni baik berupa show atau pergelaran
seni pertunjukan maupun berupa pameran senirupa yang terjadi selama masa
liburan sekolah belakangan ini, ternyata memberikan arti tersendiri bagi
kebersinambungan proses kependidikan yang selama tahun ajaran di bangku
sekolah.
Setidaknya,
kependidikan akan arti nilai-nilai kehidupan dan humaniora kepada generasi muda
dan publik luas pada umumnya, bisa terus berlanjut selalu meskipun di luar jam
pelajaran sekolah Selalu ramainya publik yang menjadi penonton dan pengunjung
pergelaran atau helatan kesenian yang dihelat selama masa liburan ini sudah
cukup menjadi indikator betapa animo publik begitu besar atas sarana pendidikan
alternatif yang jauh lebih enterteinis atau menghibur.
Berbagai
macam materi dan disiplin ilmu sesungguhnya telah tersirat maupun tersurat
sebagai pesan moral dalam karya-karya kreatif kesenian yang disajikan para
kreator di panggung-panggung teater, film, musik dan tari dan berbagai bentuk
seni pertunjukan lainnya.
Atau
di arena dan ruang-ruang pameran lukisan, fotografi, otomotif, fashion, disain
dan maket miniatur arsitektur, dan lain sebagainya Helatan seni tersebut tidak
saja tertumpu di pusat pagelaran seni. Keberadaan mall dan swalayan pun yang
lebih bersentuhan langsung dengan publik luas kini pun mulai dilirik. Inilah
efektif ekonomi kreatif yang tengah gencar di kampanyekan pemerintah saat ini.
Nilai-nilai-nilai kehidupan dan nilai-nilai keilmuan dengan sendirinya
termaktub dalam karya-karya seni yang tersajikan tersebut sebagai pesan moral
yang disampaikan sang kreator kepada audiensnya.
Saripati
pandangan kreator itu pun berikutnya terserap dengan sengaja maupun tidak oleh
audiens untuk berikutnya jadi bahan referensi pertimbangan-pertimbangan
strategis kejiwaan mereka dalam menentukan sikap ketika menghadapi berbagai
persoalan hidupnya.
2.2 Pendekatan Berbasis Ilmu Dalam Pendidikan Seni Rupa
A. Pendekatan Berbasis
Disiplin Ilmu dalam Pendidikan Seni Rupa
Pendekatan seni rupa berbasis disiplin ilmu
(dicipline based art education, disingkat DBAE) berintikan
pemikiran bahwa seni telah hadir dalam kehidupan bukan hanya sebagai kegiatan
penciptaan , tetapi juga sebagai cabang pengetahuan yang
menjadi bahan kajian filosofis maupun ilmiah dan berhak
dipelajari di lembaga pendidikan. Seni adalah disiplin ilmu yang khas dengan
karakter yang dimilikinya, mendapat dukungan kelompok ilmuwan, dikembangkan
melalui penelitian.
Pendukung Pendidikan Seni Rupa Berbasis
Disiplin berpendapat bahwa Pendidikan Seni Rupa yang memberikan kesempatan
kepada anak untuk mengekspresikan emosinya adalah penting, tetapi jangan sampai
mengabaikan kegiatan mempelajari aspek pengetahuan keilmuannya. Cakupan
pendidikan seni rupa diperluas. Eisner (1987/1988) menegaskan bahwa Pendidikan
Seni Rupa Berbasis Disiplin bertujuan untuk menawarkan program pembelajaran
yang sistematik dan berkelanjutan dalam empat bidang seni rupa yang lazim dalam
kenyataan yaitu bidang penciptaan, penikmatan, pemahaman, dan penilaian.
Keempat bidang tadi disampaikan dalam kegiatan belajar; produksi seni rupa,
kritik seni rupa, sejarah seni dan estetika. Anak hendaknya tidak hanya diberi
kesempatan untuk berekspresi/ menciptakan karya seni rupa tetapi perlu juga
mempelajari bagaimana caranya menikmati suatu karya seni rupa serta memahami
konteks dari sebuah karya seni rupa dari berbagai masa. Pelaksanaannya tidak
harus terpisah tetapi dapat dipadukan.
Pendidikan Seni Rupa Berbasis Disiplin
merupakan suatu pendekatan dan merupakan suatu metode yang spesifik, maka wujud
penampilannya dapat yang bervariasi. Yang jelas, sasarannya adalah adanya
peningkatan kemampuan anak dalam berbagai bidang kegiatan tersebut.
B. Pendekatan
Kompetensi dalam Pendidikan Seni Rupa
Pendekatan kompetensi sering dianggap
sebagai reaksi atas pendekatan yang mengacu kepada materi (termasuk DBAE).
Tetapi jika direnyngkan sebetulnya arahnya sejalan, karena materi yang dipilih
pada dasarnya dijabarkan dari kompetensi yang diharapkan. Bedanya, pada
pendekatan kompetensi terlebih dahulu yang ditetapkan adalah kompetensinya.
Pendektan kompetensi dewasa ini, mendapat perhatian kembali di sekolah dan
sedang dalam tahap sosialisasi dan pengkajian. Inti pandangannya adalah bahwa
setiap bahan ajar yang dipilih serta metode dan media yang digunakan harus
diarahkan kepada pembentukan kompetensi siswa. Untuk setiap jejang pendidikan,
perlu ditetapkan kompetensi apa yang harus dikembangkan. Gagasan ini tampaknya
didorong oleh hasrat perlunya menyiapkan sejak dini pembentukan SDM yang
memiliki kemampuan handal, kompetitif, khususnya menghadapi persaingan global
masa depan.
Pendekatan kompetensi sesungguhnya sudah sejak lama dikenal dalam sistem
pendidikan guru yang dikenal dengan PGBK (Pendidikan Guru Berdasar Kompetensi).
Dalam bidang seni, pendekatan kompetesi menjadi bahan pembahasan dan disepakati
sebagai acuan bagi penyelenggaraan pembelajaran seni di Indonesia.
Konsep dasar
pendekatan kompetensi adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan
belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan
kurikulum sekolah (Puskur-Balitbang Depdiknas, 2002).
Dimensi
kompetensi mencakup aspek-aspek yang telah diuraikan di muka yaitu : persepsi,
pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi, apresiasi, dan produksi.
Implikasi pendekatan kompetensi dalam aspek pelaksanaan adalah bahwa kegiatan
belajar mengajar terarah kepada suatu sasaran yang berbentuk kompetensi siswa
setelah mengikuti suatu program dalam limit waktu tertentu. Pembelajaran tidak
asal berlangsung, tapi terkontrol, bertahap, berkelanjutan. Persoalan dalam
pembelajaran seni adalah bagaimana halnya dengan kompetensi yang bermuatan
ekspresi kreasi? Ekspresi kreasi sukar diduga, sukar diukur, sukar dilatih,
karena dorongannya ada dalam diri individu. Dalam hal ini, ukuran-ukuran
kompetensi tak bisa lain kecuali bersifat fleksibel, multikriteria, dan
kualitatif, seperti terungkap dari kata-kata; siswa memiliki kemampuan
berapresiasi...dst.
Pendekatan DBAE maupun pendekatan kompetensi sama-sama memiliki harapan agar
pembelajaran itu berkualitas dan bermakna, tidak sekedar merasa cukup jika
siswa ramai-ramai berkarya, tetapi karyanya itu-itu juga dari waktu ke waktu
baik dalam tema, bentuk maupun gagasan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan
seni rupa sebagai bagian dari pendidikan umum yang mendapat kewajiban (tugas )
utama melatih kepekaam rasa: estetis (keindahan), maupun apresiasi seni,
melalui pembelajaran praktek berkarya seni rupa. Pembelajaran seni rupa yang
dimaksudkan adalah pendidikan untuk anak yang didasari oleh pembinaan
intelegensi rupa (visual intelligenci) dengan kemampuan memahami objek secara
komprehensif maupun detail.
B. Saran
Seni rupa memiliki peran yang penting dalam
pendidikan. Karena seni memiliki peranan dalam
pembentukan pribadi peserta didik yang harmonis dengan memperhatikan kebutuhan
perkembangan anak dalam mencapai multikecerdasan yang terdiri atas kecerdasan
intrapersonal, interpersonal, visual spasial, musikal, linguistik, logik
matematik, naturalis serta kecerdasan adversitas, kecerdasan kreativitas,
kecerdasan spiritual dan moral, dan kecerdasan emosional.
DAFTAR
PUSTAKA
http://dayurejo.wordpress.com/2010/07/06/seni-sebagai-mediapendidikan- penyadaran-terhadap-lingkungan-hidup/
Rohidi, T.R., 2000. Kesenian dalam
Pendekatan Kebudayaan, Bandung:STSI Bandung.
Langganan:
Postingan (Atom)